http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2545795176408821728#template Februari 2012 ~ GAYO KITA

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Tanoh Gayo.... Keindahan alami yang mulai terusik.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 28 Februari 2012

Bahasa Gayo

Bahasa Gayo digunakan dalam percakapaan sehari-hari. Penggunaan bahasa Gayodibedakan atas beberapa dialek, seperti dialek Gayo Lut yang terbagi lagi menjadi sub-dialek Lut dan Deret di Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah, dialek Blang Di Kabupaten Gayo Lues, Kalul di Kabupaten Aceh Tamiang, dan Lokop di Serbe Jadi Kabupaten Aceh Timur.

Bahasa Gayo (Pengucapan: Gayô) adalah bahasa yang dituturkan oleh suku Gayo di provinsi Aceh , yang terkonsentrasi di Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues dan kecamatan Serba Jadi di kabupaten Aceh Timur. Ketiga daerah ini merupakan wilayah inti suku Gayo. Bahasa ini termasuk kelompok bahasa yang disebut "Northwest Sumatra-Barrier Islands" dari bahasa Austronesia.

Bahasa Gayo merupakan salah satu bahasa yang ada di Nusantara. Keberadaan bahasa ini sama tuanya dengan keberadaan orang Gayo “urang Gayo” itu sendiri diIndonesia. Kita tidak bisa memisahkan bahasa Gayo dengan penuturnya “urang Gayo” dan sebaliknya. Sementara orang Gayo “urang Gayo” merupakan suku asli yang mendiami Aceh. Mereka memiliki bahasa, adat istiadat sendiri yang membedakan identitas mereka dengan suku-suku lain yang ada di Indonesia. Daerah kediaman mereka sendiri disebut dengan Tanoh Gayo (Tanah Gayo), tepatnya berada di tengah-tengah Provinsi Aceh.

Introduction / History of Gayo (English Language)


The Gayo live in the isolated central mountains of Aceh province on the island of Sumatera. Their homeland lies in the Bukit Barisan Range ("Parade of Mountains") which has elevations of over 12,000 feet and extends more than one thousand miles. Most Gayo live in the Central Aceh and Southeast Aceh regencies. The Gayo language has four dialects: Lut, Serbejadi-Lukup, Lut and Luwes. Their language does not have a writing system, but folk tales, stories and poetry are passed down in oral tradition. The Gayo are close neighbors to the strongly Islamic Aceh people. In the past, the sultans of Aceh conquered the Gayo region and made the Gayo slaves. After the initial Dutch resistance (during which many Gayo were killed), the Dutch occupied the area from 1904-1942. During this time, the Gayo developed a thriving cash crop economy in vegetables and coffee. During the occupation and during the last several decades of Indonesian independence, the Gayo have gained access to higher levels of education and participated to some degree in the Islamization and modernization of their area.

What are their beliefs?
Most Gayo are Muslims, but lacking orthodox understanding of the religion. Many Gayo people believe in good and bad spirits and in holy men, both dead and alive. They regularly give ritual offerings and sacrifices to the spirits, to holy men and to their ancestors.

What are their needs?
The Gayo need medical workers to improve the low understanding of health matters. The Gayo also need help in overcoming erosion and dangerous landslides, which at times block important transportation routes in their area. (by Joshua project)

Gayo of Indonesia

Peoples








Geographic



























Global








Global








Affinity Bloc






Global










People Cluster




Region












People


Country














People-by-Country (Profile)




















Religion
Language










Global


Language





















Religion










































Persebaran Suku Gayo

Suku Gayo secara mayoritas terdapat di kabupaten:
Aceh Tengah, 
Bener Meriah, 

Gayo Lues dan 3 kecamatan di Aceh Timur, yaitu:
Kecamatan Serbe Jadi, 
Peunaron dan Simpang Jernih. 

Selain itu suku Gayo juga mendiami beberapa desa di:
Kabupaten Aceh Tamiang dan 
Aceh Tenggara.

Sistem Pemerintahan Gayo


Masyarakat Gayo hidup dalam komunitas kecil yang disebut kampung. Setiap kampung dikepalai oleh seorang gecik. Kumpulan beberapa kampung disebut kemukiman, yang dipimpin oleh mukim. Sistem pemerintahan tradisional berupa unsur kepemimpinan yang disebut sarak opat, terdiri dari:
* Reje
* Petue
* Imem
* Rayat

Pada masa sekarang beberapa buah kemukiman merupakan bagian dari kecamatan, dengan unsur-unsur kepemimpinan terdiri atas: gecik, wakil gecik, imem, dan cerdik pandai yang mewakili rakyat.

Sebuah kampong biasanya dihuni oleh beberapa kelompok klen (belah). Anggota-anggota suatu belah merasa berasal dari satu nenek moyang, masih saling mengenal, dan mengembangkan hubungan tetap dalam berbagai upacara adat. Garis keturunan ditarik berdasarkan prinsip patrilineal. Sistem perkawinan yang berlaku berdasarkan tradisi adalah eksogami belah, dengan adat menetap sesudah nikah yang patrilokalmatrilokal (angkap). (juelen) atau Kelompok kekerabatan terkecil disebut saraine (keluarga inti). Kesatuan beberapa keluarga inti disebut sara dapur. Pada masa lalu beberapa sara dapur tinggal bersama dalam sebuah rumah panjang, sehingga disebut sara umah. Beberapa buah rumah panjang bergabung ke dalam satu belah (klen). Pada masa sekarang banyak keluarga inti yang mendiami rumah sendiri. Pada masa lalu orang Gayo terutama mengembangkan matapencaharian bertani di sawah dan beternak, dengan adat istiadat matapencaharian yang rumit. Selain itu ada penduduk yang berkebun, menangkap ikan, dan meramu hasil hutan. Mereka juga mengembangkan kerajinan membuat keramik, menganyam, dan menenun. Kini matapencaharian yang dominan adalah berkebun, terutama tanaman kopi. Kerajinan membuat keramik dan anyaman pernah terancam punah, namun dengan dijadikannya daerah ini sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Aceh, kerajinan keramik mulai dikembangkan lagi. Kerajinan lain yang juga banyak mendapat perhatian adalah kerajinan membuat sulaman kerawang dengan motif yang khas.

Suku Gayo

Suku Gayo adalah sebuah suku bangsa yang mendiami dataran tinggi Gayo di Aceh. Suku Gayo secara mayoritas terdapat di kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues dan 3 kecamatan di Aceh Timur, yaitu kecamatan Serbe Jadi, Peunaron dan Simpang Jernih. Selain itu suku Gayo juga mendiami beberapa desa di kabupaten Aceh Tamiang dan Aceh Tenggara. Suku Gayo beragama Islam dan mereka dikenal taat dalam agamanya. Suku Gayo menggunakan bahasa yang disebut bahasa Gayo.

Injil yang Memprediksi Kedatangan Nabi Muhammad Ditemukan di Turki



Sebuah kitab Injil berusia 1.500 tahun yang lalu yang menyatakan bahwa Yesus menubuatkan kedatangan Nabi Muhammad ke Bumi, telah menarik perhatian Vatikan pekan ini.


Paus Benediktus XVI dilaporkan telah diminta untuk melihat kitab tersebut, yang telah tersembunyi di Turki selama 12 tahun terakhir, menurut laporan Daily Mail.


Injil, yang dilaporkan bernilai $ 22 juta, dilaporkan berisi prediksi Yesus akan datangnya Nabi Muhammad, menteri pariwisata dan budaya Turki Ertugrul Gunay mengatakan kepada surat kabar Inggris.


"Sejalan dengan keyakinan Islam, Injil yang ditemukan ini memperlakukan Yesus sebagai manusia dan bukan Tuhan. Injil ini menolak ide dari Tritunggal Kudus dan Penyaliban dan mengungkapkan bahwa Yesus meramalkan kedatangan Nabi Muhammad," lapor Daily mail.


"Dalam satu versi Injil tersebut, Yesus mengatakan kepada para muridnya: "Bagaimana Mesias disebut? Muhammad adalah namanya yang diberkati."


"Dan di tempat lain, Yesus menyangkal menjadi Mesias, mengklaim bahwa ia akan menjadi Ismail, istilah yang digunakan untuk orang Arab," tambah surat kabar itu.


Menurut laporan tersebut, umat Islam mengklaim teks, yang banyak dikatakan adalah Injil Barnabas, adalah tambahan dari kitab-kitab Injil yang sudah ada yaitu Markus, Matius, Lukas dan Yohanes.


St Barnabas secara tradisional diidentifikasi sebagai pendiri Gereja Siprus, seorang Kristen awal yang kemudian menjadi rasul.


Gunay mengatakan bahwa Vatikan telah secara resmi diminta untuk melihat injil tersebut, yang Turki temukan selama operasi anti-penyelundupan polisi pada tahun 2000.


Skeptisisme atas keaslian naskah tulisan tangan kuno ini mulai bermunculan.


Pendeta Protestan Ihsan Ozbek mengatakan versi Injil tersebut dikatakan berasal dari abad kelima atau keenam, sementara St Barnabas hidup pada abad pertama sebagai salah satu Rasul Yesus.


"Salinan di Ankara mungkin telah ditulis oleh salah satu pengikut St Barnabas," katanya kepada surat kabar Today Zaman.


Tapi kecurigaan sebenarnya segera dapat diselesaikan dengan mudah.


Usia sebenarnya dari Injil bisa segera ditentukan oleh penelitian ilmiah, profesor teologi Turki Ömer Faruk Harman mengatakan kepada Daily Mail, untuk mengklarifikasi apakah itu ditulis oleh St Barnabas sendiri atau pengikutnya. 

Dataran Tinggi Gayo Aceh Tengah "Danau Laut Tawar"

Danau Laut Tawar, Takengon, Aceh Tengah

Obyek wisata aceh terutama  dataran Tinggi Gayo Aceh Tengah, dikenal banyak menyimpan keindahan panorama terutama disekitar Danau Laut Tawar. Dari sekian banyak objek wisata, hanya beberapa saja yang sudah dikenal dan sering dikunjungi. Salah satu yang belum terpublikasi adalah kawasan Atu Tingok, bertempat di Kampung Dedalu Kecamatan Lut Tawar atau sejajar dengan sisi selatan Danau Lut Tawar dan daratan Kota Takengon.
Disebut Atu Tingok karena keberadaan beberapa bongkah batu besar yang teronggok di kawasan Bur Telege (sekarang banyak disebut Bur Gayo dan sempat disebut Bur Peteri Bensu).


Atu Tingok tersebut berada dibagian gunung yang sangat miring dan terjal dengan ukuran sekitar 4 x 3 meter agak menonjol keluar seperti tersangkut saja sehingga bagi pengunjung yang ingin berdiri diatasnya akan merasa was-was, khawatir akan menjadi beban bagi batu tersebut dan terguling ke bawah.


Dari Atu Tingok akan tampak hamparan luas kota Takengon. Bagian kota dari Tan Saril, Bies, Belang Gele di sisi barat lalu sepanjang kawasan tanggul Boom - Mendale Kebayakan persis sejajar dan hamparan Danau kebanggaan rakyat negeri Antara di sisi timur.


Angin sepoi-sepoi menerpa daun-daun pinus menyuguhkan musik alam ditingkahi suara burung-burung kecil serta lengkingan suara burung elang. Saat berkunjung kesana, malah ada seekor elang berwarna keputihan yang lazim disebut warga Gayo sebagai Kalang Siki meliuk-liuk diudara.


Menuju Atu Tingok sebenarnya sangat tidak sulit, dibandingkan dengan tempat ketinggian lainnya di Aceh Tengah seperti ke Pantan Terong di Kecamatan Bebesen, sisi barat Kota Takengon. Disamping dekat dimata hanya sekitar 2 kilometer dari pusat kota Takengon juga akses jalan yang lebih dari dua pertiganya bisa diakses dengan segala jenis kenderaan tanpa harus mengandalkan kekuatan mesin secara maksimal.


Dengan kenderaan roda empat, pengunjung dapat dengan aman memarkirnya di jalan terpuncak tanjakan persisnya di sekitar Telege (Gayo : sumur) Bur Gayo. Keberadaan sumur di puncak gunung membuat nama pegunungan ini disebut Bur Telege. Nama ini kemudian berubah menjadi Bur Gayo karena beberapa tahun lalu ada penanaman pohon Pinus yang sengaja membentuk tulisan "Gayo" yang dulu nampak jelas terbaca dari kota Takengon tentu saat pohon-pohon tersebut masih kecil.


Mengasyikkan perjalanan menuju Bur Telege, seluruh sisi kota Takengon dan saat tiba di punggung Bur Telege akan dapat dinikmati panorama perkampungan Pedemun dan teluk One-one yang dipenuhi dengan keramba jaring apung milik warga yang diperindah dengan baground Bur Birah Panyang, sebuah gunung yang paling khas dan indah yang memagari danau Lut Tawar dengan hamparan sawah dikakinya.


Untuk mencapai Atu Tingok, dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar setengah kilometer. Bisa dipilih menapaki tangga beton atau di jalan tanah. Pengunjung dapat beristirahat disebuah shelter yang dibangun Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah beberapa tahun silam. Disekitar shelter, biasanya berkeliaran kuda-kuda, kerbau dan sapi milik sekitarnya yang dilepaskan bebas berkeliaran. Keberadaan hewan-hewan peliharaan diketinggian gunung tentu menjadi daya tarik sendiri bagi pengunjung.


Perjalanan menjadi agak sulit di 50 meter terakhir, belum ada akses jalan setapak sehingga cenderung agak bersemak. Akan tetapi ketidakramahan suasana perjalanan yang hanya puluhan meter tersebut dipastikan akan hilang saat anda berada di Atu Tingok. Berjuta rasa keindahan akan segera membuai dan membuat kita terbius untuk betah berlama-lama. Kesal, jika anda tidak membawa kamera.


Satu lagi, jika beruntung, maka akan mendapati sebuah bangunan monumen atau tugu di sekitar Atu Tingok. Sebuah monumen yang menurut Irsyad, tokoh masyarakat Kecamatan Lut Tawar dibangun dimasa awal-awal kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945 dengan ukuran tinggi sekitar 2 meter dan lebar 1 meter. Ada yang menyebut monumen ini sebagai Tugu 45 Bur Gayo. 


Monumen ini dibangun oleh Gubernur Aceh saat itu H Ali Hasymi dan menamai kawasan Atu Tingok dengan Bur Peteri Bensu. Sayangnya, lokasi persis dari monumen ini tidak diketahui karena ditutupi semak belukar walau sudah beberapa kali dicari bersama orang yang sudah pernah mengunjunginya. Kiranya, cukup banyak alasan agar pihak terkait dapat membuka akses dan merawat monumen tersebut yang merupakan salah satu saksi sejarah kota Takengon.


Bagi peminat hiking, perjalanan dari Atu Tingok bisa dilanjutkan menuju Ujung Baro, lokasi hotel Renggali Takengon dengan menyusuri punggung bukit. Butuh sarung tangan dan baju lengan panjang jika tidak ingin terluka akibat semak berduri karena belum ada jalan resmi disana. Sangat dianjurkan untuk membawa golok untuk membuka jalur serta lotion untuk perlindungan dari serangan Pacat yang menunggu segarnya darah anda.


Jalur lainnya menuju teluk One-one tanpa harus melewati jalan semula. Dengan jalan tanah sekitar 2 kilometer akan langsung menikmati kopi Gayo, gorengan hangat serta ikan bakar di cafe-cafe dipinggiran danau. Untuk jalur ini, semenatara hanya bisa dilalui dengan kenderaan roda dua, sepeda atau berjalan kaki.


Jika ingin melihat-lihat suasana danau, perjalanan bisa dilanjutkan menuju timur dan keliling danau dengan jarak tempuh sekitar 46 kilometer. Dan jika ingin kembali ke kota Takengon, tinggal belok kiri saja. Tak sampai 2 kilometer akan tiba kembali di pusat kota berhawa dingin tersebut.


Perjalanan lintas Bur Gayo alias Atu Tingok atau Burni Peteri Bensu sering dijadikan sebagai lokasi hiking warga Takengon dan track favorit para pecinta sepeda gunung baik tipe Xcross Country (XC) maupun Down Hill (DH) juga pehobi fotografi mengabadikan rangkaian panorama tersebut(aceh.go)

RASTA (Rokok Asli Tembakau Aceh)



RASTA disebut juga Gerakan Rastafari, adalah sebuah gerakan agama baru yang mengakui Haile Selassie I, bekas kaisar Ethiopia, sebagai Raja diraja, Tuan dari segala Tuan dan Singa Yehuda sebagai Yah (nama Rastafari untuk Allah, yang merupakan bentuk singkat dari Yehovah yang ditemukan dalam Mazmur 68:4 dalam Alkitab versi Raja James), dan bagian dari Tritunggal Kudus. Nama Rastafari berasal dari Ras Täfäri, nama Haile Selassie I sebelum ia dinobatkan menjadi kaisar. Gerakan ini muncul di Jamaika di antara kaum kulit hitam kelas pekerja dan petani pada awal tahun 1930-an, yang berasal dari suatu penafsiran terhadap nubuat Alkitab, aspirasi sosial dan politik kulit hitam, dan ajaran nabi mereka, seorang penerbit dan organisator Jamaika kulit hitam, Marcus Garvey, yang visi politik dan budayanya ikut menolong menciptakan suatu pandangan dunia yang baru. Gerakan ini kadang-kadang disebut "Rastafarianisme"; namun hal ini dianggap tidak pantas dan menyinggung perasaan banyak kaum RASTA.


Filosofi RASTA sesungguhnya mengajarkan seseorang hidup bersih, tertib, dan memiliki prinsip serta tujuan hidup yang jelas. Penganut rasta yang sesungguhnya menolak minum alkohol, makan daging, dan bahkan mengisap rokok. Para anggota The Wailers (band asli Bob
Marley) tidak ada yang merokok. Merokok menyalahi ajaran rastafari, biasanya RASTA dan Reggae (sebuah aliran musik ala Bob Marley) sering dipadukan, walau sebenarnya tidak ada kaitannya sama sekali.


Namun dalam tulisan kali ini tidak mengulas lebih lanjut mengenai RASTA seperti apa yang di sampaikan diatas. Dimana berikutnya akan dibahas “pelesetan” RASTA di Indonesia.


Sebelumnya, kita akan mengenang kembali Louis Armstrong, seorang tokoh yang dianggap penting dalam sejarah musik abad kedua puluh. Louis merenovasi musik jazz, ia adalah seorang musisi jenius di jamannya. Louis Armstrong lebih dari orang lain, yang mendorong musisi muda untuk mengambil metode improvisasi musiknya sebagai dasar pengetahuan musik mereka.


Louis Armstrong lahir pada 4 Agustus 1901 – 6 Juli 1971 pertama kali menyukai ganja di pertengahan tahun 1920-an dan ia menikmatinya sepanjang hidup. Louis biasa menggunakan ganja sebelum pertunjukan dimulai dan sebelum rekaman. Pada tahun 1954 Louis menerbitkan sebuah buku berjudul Satchmo: My Life in New Orleans. Gary Giddins, seorang kritikus jazz dari Amerika mengungkapkan bahwa Joe Glaser dan Al Capone menjadi manajer Armstrong setelah tekanan yang diterimanya akibat tulisan dalam bukunya yang berhubungan dengan ganja.


Louis Armstong adalah salah satu artis ternama yang merupakan salah satu pengguna Ganja pada tempoe dulu di samping tokoh yang mengkonsumsi ganja seperti seperti musisi ternama John Lennon, seorang gitaris legendaris Carlos Santana serta seorang aktivis lingkungan dan kebebasan yang turut memperjuangkan legalisi ganja Jack Herer dan nama-nama besar lainnya seperti Ikon ganja asal Jamaika Robert Nesta Marley (Bob Marley).


Lalu apa hubungan RASTA dengan cerita diatas dan Ganja?, Ganja dengan nama latin Cannabis sativa atau Cannabis indica adalah tumbuhan budidaya penghasil serat, namun lebih dikenal karena kandungan zat narkotika pada bijinya, tetrahidrokanabinol (THC,tetra-hydro-cannabinol) yang dapat membuat pemakainya mengalami euforia (rasa senang yang berkepanjangan tanpa sebab). Tanaman ganja biasanya dibuat menjadi rokok mariyuana.


Tanaman semusim ini tingginya dapat mencapai 2 meter. Berdaun menjari lebih dari Lima (kebanyakan jenis ganja) dengan bunga jantan dan betina ada di tanaman berbeda (berumah dua). Bunganya kecil-kecil dalam dompolan di ujung ranting. Ganja hanya tumbuh di pegunungan tropis dengan ketinggian di atas 1.000 meter di atas permukaan laut.


Di Indonesia, para pemakai ganja dan para “komunitas” pengguna salah satu jenis narkoba ini menyebutnya dengan nama yang unik, yaitu Rokok Asli tembakau Aceh (RASTA) atau dengan nama lain Cimёng. RASTA biasanya disebut oleh para pemakai dari luar Aceh, dimana kabarnya merupakan “ladang”ganja terbesar di Indonesia hingga saat ini. bahkan tak sedikit yang menyebutkan kalau ganja di Indonesia berasal dari Aceh.


Para pengguna diluar Aceh yang sudah ketagihan dan bergabung dengan sesama pengguna RASTA ini disebut RASTA MANIA. Artinya mereka yang setiap harinya menjadikan ganja sebagai “simbol”dalam melaksanakan rutinitas sehari-hari, dimana ganja merupakan pengganti tembakau. Sebahagian lain dari mereka mencampur ganja dengan rokok kretek dengan takaran masing-masing.


Namun ada sisi positif dari ganja jika digunakan dengan bijak, Sebuah laporan bertajuk Marijuana and Medicine: Assessing the Science Base, merupakan salah satu kajian paling komperhensif mengenai ganja yang ditulis tahun 1999 oleh organisasi medis nonpemerintah, Institute of Medicine. Dalam laporan ini diuraikan secara rinci apa saja plus minus penggunaan ganja dan perkembangan ganja hingga saat ini.


Hingga saat ini di Indonesia tidak banyak yang meneriakkan legalisasi terhadap ganja, kecuali pada beberapa bulan terakhir di 2011 ini sempat ada komunitas dan aktivis yang mendukung legalitas akan RASTA di Indonesia.


Yang perlu diketahui adalah kandungan aktif dalam ganja atau mariyuana, cannabinoid atau dikenal dengan THC, diketahui memiliki nilai medis. Namun sampai saat ini masih diperdebatkan apakah manfaat THC lebih besar daripada kekurangannya. 


Namun beberapa yang efek negatif berdasarkan tulisan di situs health.kompas.com yang diderita pengguna pada kasus terbesar meliputi beberapa efek samping seperti, risiko overdosis pengaruh pada memori, Adiksi atau Drug Enforcement Administration (DEA)  atau sering kita dengar dengan istilah “Drugs”, pengaruh pada sistem imun, pengaruh pada jantung. Meski beberapa studi membantah beberapa kasus diatas berdasarkan penelitian dan survey dan temuan dengan kasus yang bertolak belakang.


Dari pembahasan diatas, kita sudah mengenal beberapa kerugian dan keuntungan ganja, tetapi masih ada yang paling menarik lagi tentang ganja. Konon tahun 1960an-1970an sebelum di haramkan oleh pemerintah Indonesia, sebagian orang orang tua dulu di Aceh dan sebagian besar daerah penghasil ganja menggunakan Cimёng sebagai penyedap makanan atau bumbu agar terasa lemak sayuran, ikan atau daging yang dimasak. Percaya atau tidak, itu adalah cerita masa lalu.


Saat ini ganja di Indonesia tetap menjadi barang haram, karena Undang-undang memasukkan RASTA ke “daftar hitam” barang yang sangat tidak boleh di konsumsi dan di jual dengan alasan apapun. Sehingga RASTA digunakan secara diam-diam oleh para penggunanya, dan tak jarang berita kriminal nasional pada setiap minggunya mempulish tentang penangkapan pemakai, pengedar, dan perburuan petani ganja dan ladangnya. Pada setiap berita hampir selalu disebut “barang dari Aceh”.


Demikianlah cerita tentang ganja dan kenapa benda tersebut dinamakan RASTA, dan mengapa ada istilah RASTA MANIA. Pengedar, pemakai, penanam bukanlah hanya anak muda atau laki-laki, tetapi kerap kita dapatkan para wanita dan remaja bahkan ada juga anak-anak di ikut sertakan sebagai salah satu bagian dari kegiatan terlarang tersebut.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More